Gambaran Behavioral Problems Pada Anak-anak Korban Kekerasan Seksual di Kecamatan Singaparna Wilayah Kerja P2TP2A Kabupaten Tasikmalaya
DOI:
https://doi.org/10.35568/healthcare.v2i1.522Keywords:
Anak, Kekerasan Seksual, Trauma, PSC-17, Anatomical Drawing, Ginger bread Figure, Gangguan PerilakuAbstract
ABSTRAK
Kekerasan seksual, terutama pada anak-anak, seringkali dikatakan akan menimbulkan dampak dan trauma yang tidak ringan, serta bersifat jangka panjang. Namun ada beberapa pendapat dan penelitian yang menunjukkan pula bahwa tingkat trauma yang dialami para korban, tidak sama, bahkan ada yang sama sekali tidak mengalami trauma. Trauma pada anak-anak korban kekerasan seksual, biasanya nampak pada adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh anak-anak setelah mengalami peristiwa kekerasan seksual. Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi dan menelaah apakah peristiwa kekerasan seksual yang dialami oleh tujuh orang anak di dua desa yang ditangani oleh P2TP2A Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2017, meninggalkan trauma pada korbannya atau tidak, dengan mengidentifikasi adanya perubahan perilaku pada korban yang diamati oleh orang tuanya masing-masing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif survey. Sumber data dikumpulkan melalui asesmen psikologi meliputi observasi, wawancara, dan tes tertulis menggunakan PSC-17 dan Anatomical Drawing serta Gingerbread Figure untuk screening tingkat trauma berdasarkan ada tidaknya perubahan perilaku pada korban yang dikaitkan dengan adanya gangguan kesehatan mental menurut PSC-17. Data dikumpulkan selama konseling psikologi yang dilakukan oleh peneliti terhadap mereka. Hasil penelitian menunjukkan seluruh anak mengindikasikan adanya perubahan perilaku terkait kesehatan mentalnya, setelah mengalami peristiwa tersebut, meskipun sebagian besar anak sudah tidak merasakan sakit secara fisik di area genitalianya.